Pesisir Selatan--Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat serta kepekaan lingkungan sekitar terhadap keberadaan Taman Makam Pahlawan Nasional, H Ilyas Yakub, yang terdapat di Nagari Kapencong Lubuk Gambia, Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos PPPA) setempat lakukan monitoring dan evaluasi ke lapangan Kamis (26/8).
Monitoring dan evaluasi itu dilakukan guna melihat secara langsung kondisi kebersihan makam, keberadaan serta kinerja petugas makam.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan dan Rehabilitasi Sosial, Haswandi, saat turun ke lokasi makam tersebut Kamis (26/8) kepada pesisirselatan.go.id.
"Untuk melihat secara dekat kondisi kebersihan Makam Pahlawan Nasional H Ilyas Yakub ini, kami bersama Tim monitoring dari Dinas Sosial Provinsi Sumbar, langsung turun ke lokasi. Melalui kunjungan ini, maka kita bisa mengevaluasi sejauh mana kinerja petugas makam," katanya.
Dijelaskannya bahwa itu perlu dilakukan karena pahlawan Nasional merupakan orang yang berjasa terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa dari penjajah.
"Untuk Pesisir Selatan H Ilyas Yakub merupakan satu-satunya pahlawan Nasional yang sangat kita banggakan," ujarnya.
Dijelaskannya bahwa kunjungan bersama kunjungan Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumbar, yang diwakili Kabid Pemberdayaan Sosial, Zulfiar, itu, merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahunnya.
"Dalam kesempatan itu, Kabid Pemberdayaan Sosial, Zulfikar menyatakan agar daerah menyediakan dana APBD kabupaten untuk pengembangan fungsi makam pahlawan nasional," ungkapnya.
Dia menambahkan bahwa makam Pahlawan Nasional H Ilyas Yakub tersebut pada tahun 2012 lalu direlokasi dari pekarangan Masjid Al Munawarah Kapencong, pada lokasi yang memiliki luas sekitar 2.000 meter persegi tersebut.
H Ilyas Yakub adalah Pahlawan Nasional dan meninggal pada 1958. Dia lahir di Asam Kumbang, Kecamatan Bayang Pesisir Selatan pada tahun 1903, dan wafat di Koto Barapak Bayang pada 2 Agustus 1958.
H Ilyas Yakub ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 074/TK/1999 tertanggal 13 Agustus 1999.
Menurut sejarah, dia adalah seorang ulama Minangkabau lulusan Mesir. Dia dianugerahi tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana atas jasanya mempertahankan prinsip-prinsip kemerdekaan dari ancaman kolonialisme Belanda.
"Beliau juga pernah dibuang Belanda ke Digul serta beberapa tempat di Malaysia, Singapura, Brunei, dan Australia. Beliau juga pernah bekerja sebagai wartawan dan mendirikan lembaga pers pada masa pendidikan di perguruan tinggi di Timur Tengah," tutupnya.