• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Mangrove di Amping Parak, Benteng Hijau Alami dari Abrasi

Suci Mawaddah Warahmah, S.Sos

21 Maret 2025

149 kali dibaca

Mangrove di Amping Parak, Benteng Hijau Alami dari Abrasi

Nagari Amping Parak di pesisir Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau. Hamparan pasir putih, deretan cemara laut, dan deburan ombak yang menggoda menjadikannya destinasi wisata yang menarik. Namun, di balik keindahannya, kawasan ini menghadapi ancaman serius: kerusakan hutan mangrove. Padahal, mangrove di Amping Parak berperan penting sebagai benteng alami dari abrasi, gelombang besar, dan potensi tsunami yang mengancam.

Hutan mangrove di Amping Parak memiliki peran vital dalam melindungi kawasan pesisir. Akar-akar bakau yang kuat menancap di lumpur dan air asin, menciptakan perisai alami dari hempasan ombak dan menjaga keseimbangan ekosistem pantai. Namun, menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat, dari total 43.186,71 hektar hutan mangrove di provinsi ini, sekitar 22,67% telah mengalami kerusakan. Di Kabupaten Pesisir Selatan, termasuk Amping Parak, tingkat kerusakannya bahkan mencapai 70%. Alih fungsi lahan, penebangan liar, dan pembangunan yang tidak terkontrol menjadi penyebab utama kerusakan ini. Kawasan yang sebelumnya rimbun oleh hutan bakau kini berubah menjadi permukiman, tambak, serta lahan industri tanpa memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Ketika hutan mangrove musnah, dampak negatif yang ditimbulkan bukan hanya abrasi pantai, tetapi juga meningkatnya risiko bencana alam bagi masyarakat pesisir.

Selain melindungi daratan, hutan mangrove juga berperan besar dalam menjaga kualitas udara. Melalui fotosintesis, mangrove menyerap karbon dioksida (CO2) dan menghasilkan oksigen (O2), membantu mengurangi dampak buruk perubahan iklim. Sayangnya, rusaknya hutan mangrove menyebabkan kemampuan alam ini dalam menyerap karbon menurun drastis. Akibatnya, keseimbangan ekosistem terganggu dan polusi udara meningkat.
Kerusakan hutan mangrove juga berdampak langsung pada kehidupan masyarakat pesisir.

Masyarakat setempat mengeluhkan menurunnya hasil tangkapan ikan yang dulunya berlimpah di sekitar akar-akar bakau. “Sekarang, ikan-ikan kecil yang dulu selalu ada sudah sulit ditemukan. Kalau mangrove terus dirusak, kami yang bergantung pada laut ini yang paling pertama merasakan dampaknya,” ungkap perwakilan nelayan setempat dalam sebuah diskusi lingkungan. Situasi ini menunjukkan bahwa degradasi mangrove bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga ancaman terhadap perekonomian masyarakat lokal.

Berbagai upaya mulai dilakukan untuk menyelamatkan mangrove di Amping Parak. Haridman, seorang penggiat konservasi peduli lingkungan Amping Parak, menjadi salah satu tokoh utama yang aktif dalam mengedukasi warga serta melaksanakan kegiatan-kegiatan konservasi. Melalui kegiatan penanaman kembali mangrove dan pengelolaan ekosistem berbasis masyarakat, Haridman berharap dapat mengembalikan keseimbangan alam yang terganggu.

“Melestarikan mangrove bukan hanya untuk menjaga keindahan alam, tetapi juga untuk melindungi kehidupan masyarakat pesisir. Jika tidak dilakukan tindakan nyata sekarang, generasi mendatang hanya akan mewarisi kerusakan,” ujar Haridman dalam sebuah kesempatan.

Usahanya tidak hanya terbatas pada penanaman kembali, tetapi juga mengajak masyarakat untuk turut berperan dalam menjaga dan memanfaatkan hutan mangrove secara bijak.
Selain konservasi, pengembangan ekowisata berbasis mangrove juga mulai diperkenalkan di Amping Parak. Tujuannya bukan hanya untuk menarik wisatawan, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi hutan mangrove.

Haridman dan kelompoknya aktif mengedukasi warga serta wisatawan melalui tur edukasi mangrove, kegiatan penanaman bakau bersama, serta diskusi lingkungan yang melibatkan berbagai pihak terkait.
Melindungi hutan mangrove di Amping Parak bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta perlu terus diperkuat agar kerusakan tidak semakin meluas. Jika tidak segera bertindak, generasi mendatang mungkin hanya akan mengenang mangrove sebagai sesuatu yang pernah ada. Saatnya bertindak, menyelamatkan benteng hijau di pesisir Amping Parak demi masa depan yang lebih baik.

Berita Terbaru